Kamis, 23 Desember 2010

Kelainan Janin


SINDROM DOWN

A.    Pengertian Sindrom Down
Sindrom Down mulai diketahui pada tahun 1960. Sindrom Down merupakan salah satu kelainan yang menyerang bayi yang disebabkan oleh berlebihnya jumlah kromosom dalam tubuh, untuk manusia normal memiliki jumlah kromosom 46 namun pada penderita penyakit Sindrom down miliki 47 kromosom. Banyak hal yang dapat menyebabkan kelebihan jumlah kromosom ini, diantaranya kegagalan dua kromosom nomor 21 dalam sel orang tua, penyebab lainnya adalah kelainan kromosom yang terjadi pada ayah dan ibu atau yang sering disebut translokasi. Resiko kelainan kromosom pada bayi baru lahir akan semakin besar apabila ibu hamil berusia lebih dari 40 tahun.
Para Penderita sindrom down harus diperlakukan sama dengan manusia normal lainnya, karena mereka bisaanya ceria dan menyenangkan. Lebih dari seperempat penderita sindrom down juga mengidap penyakit jantung bawaan, menderita peyempitan usus, kelainan pendengaran bawaan, leukimia akut dan katarak. Penderita sindrom down juga sangat rentan terkena penyakit infeksi telinga dan infeksi pernafasan. Harapan hidup pada penderita sindrom down diusia muda sangat rendah, hal ini dikarenakan kerentanan terhadap resiko infeksi dan penyakit yang bisaanya menyertai penderita sindrom down tersebut. Walau kemajuan di bidang pengobatan dapat memperpanjang usia penderita, namun banyak pula penderita sindrom down yang tidak dapat melewati usia awal pertengahan, meskipun ada yang dapat melewati usia awal pertengahan, bisaanya mereka akan mengalami penuaan dini.

B.     Faktor Penyebab Terjadinya Kelahiran Bayi Sindrom Down
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Sindrom down sangat bervariasi, antara lain :


1.      Faktor Genetik
Menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan sindrom down.
2.      Radiasi
Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.
3.      Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
Infeksi bisa disebabkan karena factor luar. Factor luar bisaanya terjadi karena konsumsi makanan ibu yang sembarangan. Selain itu bisa disebabkan karena proses pembelahan yang tidak sempurna.
4.      Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu. Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
5.      Umur Ibu
Umur ibu sangat mempengaruhi keadaan bayi yang dikandungnya. Apabila umur ibu di atas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon dan peningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
6.      Umur Ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.

C.     Gejala-gejala Bayi yang Mengalami Sindrom Down



Gambar 1 : cirri fisik penderita sindrom down
Gejala Klinis
Gejala yang bisanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah retardasi mental atau keterbelakangan mental (disebut juga tunagrahita), dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-kadang IQ bisa sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan. Pada bayi baru akhir, dokter akan menduga adanya Sindrom Down karena gambaran wajah yang khas, tubuhnya yang sangat lentur, bisaanya otot-ototnya sangat lemas, sehingga menghambat perkembangan gerak bayi.
Pada saat masih bayi tersebut sulit bagi seorang dokter untuk menentukan diagnosisnya, apalagi orang tuanya juga mempunyai mata yang sipit atau kecil. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan kromosom dari sel darah putih.

Gambar 2 : Penderita sindrom down mempunyai kemiripan satu dengan yang lainnya
Anak dengan sindrom down sangat mirip satu dengan satu dengan yang lainnya, seakan akan kakak beradik. Retardasi mental sangat menonjol disamping juga terdapat retardasi jasmani. Kemampuan berfikir dapat digolongkan pada idiot dan imbesil, serta tidak akan mampu melebihi seorang anak yang berumur tujuh tahun. Mereka berbicara dengan kalimat-kalimat yang sederhana, bisaanya sangat tertarik pada musik dan kelihatan sangat gembira. Wajah anak sangat khas. Kepala agak kecil dengan daerah oksipital yang mendatar. Mukanya lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek, mata letaknya berjauhan, serta sipit miring ke atas dan samping (seperti mongol). Iris mata menunjukkan bercak-bercak ( bronsfield spots ). Lipatan epikantus jelas sekali. Telinga agak aneh, bibir tebal, dan lidah besar, kasar dan bercelah-celah (scrotal tongue). Pertumbuhan gigi geligi sangat terganggu. Kulit halus dan longgar tetapi warnanya normal. Di leher terdapat lipatan-lipatan yang berlebihan.
Pada jari tangan terdapat kelingking yang pendek dan membengkok ke dalam. Pada pemeriksaan radiologis sering ditemukan falang tengah dan distal rudimenter. Jarak antara jari satu dan dua, baik tangan maupun kaki agak besar. Gambaran telapak tangan tampak tidak normal, yaitu terdapat satu garis besar melintang (siniam crease ).
Alat kelamin bisaanya kecil, otot hipotonik dan pergerakan sendi berlebihan. Kelainan jantung bawaan, seperti defek septum ventrikel sering ditemukan. Penyakit infeksi terutama saluran pernafasan sering mengenai anak dengan kelainan ini. Angka kejadian leukemia tinggi. Pertumbuhan pada masa bayi kadang-kadang baik, tetapi kemudian menjadi lambat.  Berat badan waktu lahir dari bayi dengan sindrom down umumnya kurang dari normal.


Gambar 3 : penampilan bentuk kepala sindrom down yang sangat berbeda dengan anak normal
Gejala-Gejala Lain :
Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah bisaanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.
Sementara itu lapisan kulit bisaanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistem organ yang lain. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease. kelainan ini yang bisaanya berakibat fatal karena bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistem pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut bisaanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
Selain kecacatan fisik, biasanya juga mengalami gangguan komplikasi kesehatan, antara lain:
1.      Gangguan jantung kongenital.
2.      Gangguan saluran pencernaan (penyempitan duodenum, penyakit Hirschsprung, dan lain-lain).
3.      Perawakan pendek dan cenderung gemuk (obes).
4.      Sering menderita infeksi.
5.      Gangguan penglihatan.
6.      Gangguan pendengaran.
7.      Gangguan darah (leukemia, polisitemia, dan lain-lain).
8.      Gangguan endokrin (tirod dan diabetes mellitus).

D.    Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS. Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.

E.     Pemeriksaan diagnostik
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
a.       Pemeriksaan fisik penderita
b.      Pemeriksaan kromosom
c.       Ultrasonografi (USG)
d.      Ekokardiogram (ECG)
e.       Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-otot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan dukungan maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Pembedahan bisaanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya detak pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut. Dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.

F.      Pendidikan
Bayi yang mengalami kelainan sindrom down bisaanya harus mendapat pendidikan yang khusus, karena dia mempunyai latar belakang yang berbeda. Upaya pendidikan yang biasa diberikan kepada penderita sindrom down antara lain:
1.      Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkungan yang memeadai bagi anak dengan sindrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.
2.      Taman Bermain
Taman bermain bagi penderita sindrom down dapat dilakukan dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.
3.      Pendidikan Khusus (SLB-C)
Penderita sindrom down dapat menempuh pendidikan normal selama dia merasa mampu. Namun, jika dia merasa tidak mampu lebih  baik menempuh pendidikan khusus. Karena anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjalin hubungan baik.

Gambar 4: Keceriaan penderita sindrom down 


DAFTAR PUSTAKA

http//www.cdc.gove/od/oc/media/pressrel. download15 Desember 2010


Selasa, 14 Desember 2010

proposal penelitian biologi assesmen alternatif


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sukmara (2007: 161) mengemukakan evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum dan berfungsi dalam menentukan nilai akhir. Evaluasi terdiri dari penilaian (assessment) dan pengukuran (measurement). 
Aspek yang menjadi komponen penilaian dalam suatu proses pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan proses belajar (Jihad dan Abdul Haris, 2009: 64).
Hasil belajar merupakan suatu keterampilan yang diperoleh siswa dalam suatu kegiatan yang meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Dalam pembelajaran IPA Biologi, proses belajar dapat diniliai melalui praktikum. Karena salah satu tujuan dari praktikum adalah mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Keterampilan dasar tersebut adalah keterampilan proses sains (KPS). Keterampilan ini dapat digunakan sebagai aspek penilaian alternatif bagi siswa. Hal ini disebabkan karena kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda.
Berdasarkan penjelasan di atas, untuk mengetahui KPS yang dimiliki oleh siswa perlu adanya penilaian yang mencakup indikator-indikator dari KPS. Penilaian ini tidak dapat dilakukan dengan tes obyektif. Oleh karena itu penilaian yang digunakan adalah penilaian alternatif (assesmen alternatif) yang berupa rubrik. Rubrik merupakan pedoman penilaian yang berisi kriteria-kriteria penilaian yang dikembangkan dari indikator-indikator KPS, sehingga guru lebih mudah menilai keterampilan yang dimiliki oleh siswa karena kriteria penilaiannya jelas. Selain sebagai pedoman penilaian, jika rubrik tersebut diberikan kepada siswa sebelum melakukan tugas, rubrik  dapat mempengaruhi KPS siswa karena siswa memahami bagaimana kinerja mereka akan dievaluasi (http://mbeproject.net/pelatihan4-4.pdf).
Berdasarkan studi pendahuluan di SMK Islam Kesehatan Bina Cendekia, dalam praktikum aspek yang dinilai hanya berupa laporan praktikum, padahal pada saat pelaksanaan praktikum perlu adanya penilaian terhadap proses dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan assesmen rubrik pada praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan dan Peranannya terhadap keterampilan proses sains (KPS) pada Sub Pokok Bahasan Makanan dan Sistem Pencernaan. Selain itu, dengan penggunaan assesmen rubrik diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang dimikili oleh siswa.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, dalam rumusan masalah ini terdapat tiga hal yang akan dibahas, yaitu:
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dibuat identifikasi tentang beberapa hal, yaitu:
a.       Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini adalah evaluasi pembelajaran Biologi. Yaitu menerapkan assesmen rubrik pada praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan dalam upaya peningkatan keterampilan proses sains pada Sub Pokok Bahasan Makanan dan Sistem Pencernaan. 
b.      Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
c.       Jenis Masalah
Jenis masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan assesmen rubrik pada praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan dan peranannya terhadap keterampilan proses sains pada Sub Pokok Bahasan Makanan dan Sistem Pencernaan.
2.      Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
a.       Bagaimana nilai keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan assesmen rubrik pada praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan pada Sub Pokok Bahasan Makanan dan Sistem Pencernaan?
b.      Adakah peningkatan nilai keterampilan proses sains siswa pada praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan setelah menggunakan assesmen rubrik pada Sub Pokok Bahasan Makanan dan Sistem Pencernaan?
c.       Adakah Pengaruh antara nilai keterampilan proses sains siswa dengan hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan assesmen rubrik?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada proposal ini adalah untuk mengetahui data tentang :
a.       Untuk mengkaji nilai keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan assesmen rubrik pada praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan pada Sub Pokok Bahasan Makanan dan Sistem Pencernaan
b.      Untuk mengkaji seberapa besar peningkatan keterampilan proses sains siswa pada praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan setelah menggunakan assesmen rubrik pada Sub Pokok Bahasan Makanan dan Sistem Pencernaan.
c.       Untuk mengkaji pengaruh antara nilai keterampilan proses sains siswa dengan hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan assesmen rubric

D.    Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kekeliruan karena terlalu luasnya penjabaran maka penulis perlu memberikan batasan - batasan yaitu :
a.       Assesmen yang digunakan untuk menilai keterampilan proses sains siswa pada praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan adalah assesmen rubrik
b.      Keterampilan Proses Sains (KPS) yang dinilai dalam praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan adalah merencanakan percobaan dan keterampilan mengamati.
c.       Praktikum yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah praktikum Kandungan Nutrisi pada Makanan.
d.      Subyek penelitian ini adalah siswa SMK Islam Bina Cendikia Kab. Cirebon

E.     Manfaat Penelitian
  1. Bagi guru, manfaat penelitian ini adalah guru dapat mengetahui langkah-langkah pembuatan assesmen rubrik yang dapat dimanfaatkan untuk menilai keterampilan proses sains siswa.
  2. Bagi siswa, manfaat penelitian ini adalah siswa dapat memperoleh penilaian yang objektif pada kegiatan praktikum melalui penilaian keterampilan proses sains dengan menggunakan rubrik. Selain itu, assesmen rubrik juga dapat digunakan untuk memberikan semangat pada siswa dalam menjalankan tugas sehingga diharapkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa dapat meningkat.
  3. Bagi sekolah, manfaat penelitian ini adalah  dapat meningkatkan kualitas penilaian pada praktikum, karena aspek yang dinilai tidak hanya berupa laporan praktikum. Akan tetapi keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa juga merupakan aspek penilaian.

F.     Definisi Operasional
  1. Assesmen Rubrik
Assesmen rubrik merupakan pedoman penilaian yang terdiri dari kriteria-kriteria penilaian yang dikembangkan dari indikator-indikator aspek yang akan dinilai (Depdiknas, 2008: 9). Dengan assesmen rubrik guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dicapai oleh siswa karena kriteria penilaiannya jelas. 
Selain sebagai pedoman penilaian, rubrik juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa, karena jika rubrik ini diberikan kepada siswa sebelum dilaksanakan kegiatan siswa akan mengetahui bagaimana mereka akan dievaluasi, sehingga mereka akan menyiapkan keterampilan-keterampilan mereka untuk memenuhi kriteria penilaian tersebut.




  1. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses merupakan keterampilan-keterampilan intelektual, social, dan fisik yang pada dasarnya telah ada dalam diri setiap siswa (Dimyati et al., 2006: 138).
Keterampilan Proses sains ini akan diukur dengan menggunakan assesmen rubrik dengan menggunakan kriteria-kriteria yang dikembangkan dari indikator-indikator keterampilan proses.

G.    Kerangka Pemikiran
Dalam suatu proses pembelajaran perlu diadakan suatu penilaian. Jihad et al. (2009; 56) mengemukakan bahwa penilaian berfungsi sebagai acuan dan pedoman dalam pencapaian tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar. Penilaian meliputi dua aspek, yaitu penilaian hasil belajar dan penilaian proses belajar yang dalam pembelajaran sains dikenal dengan keterampilan proses sains.
Untuk memperoleh nilai keterampilan proses sains siswa perlu adanya suatu pedoman penilaian yang berisi tentang kriteria-kriteria dari keterampilan proses sains. Salah satu penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa adalah assesmen rubrik. Assesmen rubrik merupakan pedoman penilaian yang terdiri dari kriteria-kriteria penilaian yang dikembangkan dari indikator-indikator aspek yang akan dinilai. Dalam penelitian ini kriteria-kriteria tersebut dapat dikembangkan dari indikator keterampilan proses sains yang akan dinilai.
Sebelum assesmen rubrik ini dipakai untuk menilai keterampilan proses sains siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk memperoleh assesmen rubrik yang valid dan reliable. Karena syarat mutlak dari suatu instrumen dalam suatu penelitian adalah valid dan reliabel (Sugiyono, 2010: 173). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliable diharapkan hasil penelitian yang diperoleh juga valid dan reliabel.
Selain sebagai alat penilaian, assesmen rubrik juga menjadi  salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Jika rubrik tersebut diberikan kepada siswa sebelum dilakukan kegiatan, siswa akan mengetahui tentang kriteria-kriteria yang akan dinilai, sehingga siswa berusaha untuk memenuhi kriteria-kriteria yang terdapat dalam rubrik tersebut.





H.    Hipotesis
Ha             : Terdapat peningkatan nilai keterampilan proses sains siswa setelah menggunakan assesmen rubrik.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Penilaian (assesment)
1.      Pengertian  Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi
Sarwaji (2010: 7) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan pengukuran adalah  suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan objek penelitian. Dan evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Sedangkan Sukmara (2007: 161) mengemukakan bahwa penilaian merupakan penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar. Penilaian ini berawal dari proses pengukuran, dimana pengukuran adalah kegiatan yang sistematik untuk menentukan angka pada obyek atau gejala. Sedangkan Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efesiensi pelaksanaannya.
Haryati (2007: 14 – 15) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh berbagai informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Untuk memperoleh data penilaian, maka dilakukan proses pengukuran yaitu proses pemeberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu yang bersifat kuantitatif. Sedangkan untuk melihat apakah suatu program yang direncanakan telah tercapai atau belum, maka perlu dilakukan  proses evaluasi.
  Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian (assesment) merupakan bagian dari evaluasi. Penilaian diperoleh dari data pengukuran. Sehingga antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan komponen yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. 
2.      Tujuan dan fungsi Penilaian
Sukmara (2007: 163) mengemukakan bahwa tujuan umum dari penilaian adalah untuk menentukan seberapa banyak indikator kompetensi yang telah direncanakan dalam suatu mata pelajaran telah tercapai. Adapun tujuan lainnya adalah sebagai berikut:
a.       Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu
b.      Menentukan kebutuhan pembelajaran
c.       Membantu dan mendorong siswa
d.      Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik
e.       Menentukan strategi pembelajaran
f.       Akuntabilitas lembaga
g.      Meningkatkan kualitas pendidikan
Jihad et al. (2009: 57)  mengemukakan fungsi dari penilaian adalah sebagai berikut:
a.       Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional
b.      Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar
c.       Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada orangtuanya.
Dengan demikian, penilaian berfungsi sebagai pemantau kinerja dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar.

B.     Assesmen Rubrik
Untuk menilai aspek penilaian yang berupa proses diperlukan teknik penilaian yang dapat menilai aspek tersebut secara tepat.  Oleh karena itu, dikembangkanlah suatu pedoman penilaian yang berupa rubrik.
Rubrik merupakan suatu pedoman yang  digunakan dalam penilaian kinerja. Rubrik  berisi kriteria-kriteria yang diambil dari indikator-indikator aspek yang akan dinilai. Dengan adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya karena kriteria penilaiannya jelas.
Haryati (2007: 28). Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor dan hal lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak sedikitnya gradasi  skor (misalnya 5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada jenis skala penilaian yang digunakan dan hakikatnya kinerja yang akan dimulai

C.    Keterampilan Proses Sains (KPS)
Secara garis besar, sains terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah (Soetardo, 1998: 2). Proses ilmiah merupakan salah satu kajian dari sains, oleh karena itu proses ilmiah merupakan kompenen yang harus dikuasi oleh siswa dalam setiap pembelajaran.
KPS merupakan usaha untuk mendapatkan produk IPA yang berupa fakta, konsep dan pengembangan sikap dan nilai yang diperoleh dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam menyelesaikan masalah.
Keterampilan proses merupakan keterampilan-keterampilan intelektual, social, dan fisik yang pada dasarnya telah ada dalam diri setiap siswa (Dimyati et al., 2006: 138). KPS terdiri dari berbagai macam komponen yang dikembangkangkan oleh para saintis.
Dimyati et al. (2006: 138) mengembangkan berbagai macam komponen keterampilan proses sebagai berikut:
a.       Mengamati
b.      Mengklasifikasikan
c.       Mengkomunikasikan
d.      Mengukur
e.       Memprediksi
f.       Menyimpulkan

D.    Zat-zat Makanan dan Peranannya di dalam Tubuh
Zat makanan dapat digolongkan menjadi zat makanan makro (makronutrien) dan zat makanan mikro (mikronutrien). Makronutrien merupakan zat makanan yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang banyak. Zat makanan yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Adapun mikronutrien merupakan zat makanan yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Contoh mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Karmana, 2008 : 154).
1)      Karbohidrat
Karbohidrat tersusun atas tiga unsure utama, yakni karbon (C), hydrogen (H), dan Oksigen (O). Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Karbohidrat juga berperan sebagai komponen struktur sel, menjaga keseimbangan asam basa dalam sel, dan membantu penyerapan kalsium.
Dilihat dari gugus gula penyusunnya, karbohidrat dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida (Aryulina, et al. 2007: 154).
a.       Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari satu gugus gula. Monosakarida memiliki rasa manis dan mudah larut dalam air (Aryulina, Diah, ddk, 2007: 154).
Berdasarkan unsur karbon, molekul monosakarida dapat dibedakan menjadi:
1)      triosa; mengandung tiga atom C, contohnya gliserol-dehida dan hidroksi aseton;
2)      tetrosa; mengandung empat atom C, contohnya eritrosa dan treosa;
3)      pentosa; mengandung lima atom C, contohnya ribose dan arabinosa;
4)      heksosa; mengandung enam atom C, contohnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa
 (Karmana, 2008 : 154).

b.      Disakarida
Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula. Disakarida juga memiliki rasa manis dan mudah larut dalam air. Contoh disakarida adalah laktosa (gabungan antara glukosa dan galaktosa), sukrosa (gabungan antara glukosa dan fruktosa), dan maltose (gabungan antara glukosa dan glukosa) (Aryulina, et al. 2007: 154).


c.       Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari banyak gugus gula. Polisakarida biasanya tidak berasa dan sukar larut dalam air. Contoh polisakarida adalah amilum yang terdiri dari 60 – 300 gugus gula berupa glukosa, glikogen (yang tersusun dari 12-16 gugus gula), dan selulosa, pectin, lignin, serta kitin yang tersusun dari ratusan hingga ribuan gugus gula dengan tambahan senyawa lainnya (Aryulina, et al.  2007: 155).
2)      Lemak
Lemak merupakan senyawa organic yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam eter, kloroform, benzene atau alcohol. Lemak terdiri atas rantai panjang dengan ikatan hidrokarbon alifatik dan bersifat hidrofobik (Karmana, 2008 : 159).
Berdasarkan komposisi kimianya, senyawa lemak dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu lemak sederhana, lemak campuran, dan derivat lemak.
a.       Lemak Sederhana
Lemak sederhana tersusun oleh trigliserida, yang terdiri dari satu gliserol dan tiga asam lemak. Contoh senyawa lemak sederhana adalah lilin, malam atau plastisin (lemak sederhana yang padat pada suhu kamar), dan minyak (lemak sederhana yang cair pada suhu kamar).
b.      Lemak Campuran
Lemak campuran merukpakan lemak gabungan antara lemak dengan senyawa bukan lemak seperti fosfat, protein, dan glukosa. Misalnya, lipoprotein yang merupakan gabungan antara lipid dengan protein, fosfolipid yang merupakan gabungan antara lipid dan fosfat, serta fosfatidilkolin (yang merupakan gabungan anatara lipid, fosfat, dan kolin).
c.       Derivat Lemak
Derivat lemak merupakan senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis lipid. Misalnya kolesterol, asam lemak, kolesterol, dan gliserol. Kolesterol merupakan komponen utama pada membran sel hewan dan juga merupakan precursor (senyawa pemula) untuk membuat hormone steroid, seperti kortikosteroid dan hormone seks.
3)      Protein
Protein merupakan makromolekul. Protein terdiri dari satu atau lebih polimer. Setiap polimer tersusun atas monomer yang disebut asam amino. Masing-masing asam amino mengandung satu atom karbon (C) yang mengikat satu atom hydrogen (H), satu gugus amin (NH2), satu gugus karboksil (-COOH), dan lain-lain (gugus R) (Aryulina, et al. 2007: 159).
Secara umum, protein berfungsi sebagai zat pembangun dan pelindung tubuh. Fungsi protein lainnya di dalam tubuh adalah:
·         Mensintesis substansi-substansi penting seperti hormone, enzim, antibodi, dan kromosom
·         Mendorong pertumbuhan, perbaikan, dan pemeliharaan struktur tubuh, mulai dari sel, jaringan, hingga organ
·         Memacu dan berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia dan biologis (biokatalisator)
·         Menyeimbangkan cairan dalam tubuh (asam-basa) karena bersifat amfoter
·         Berfungsi sebagai sistem buffer (penyangga pH) yang efektif
·         Menyediakan energi
·         Membantu mengatur kemampuan tubuh mendetoksifikasi (menawar racun) zat-zat asing.
(Aryulina, et al. 2007: 160).







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Islam Kesehatan Bina Cendikia Kab. Cirebon. Penentuan lokasi ini dengan alasan di sekolah ini belum diterapkan assessment rubrik sebagai pedoman penilaian dalam menilai keterampilan proses dan sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan keterampilan proses sains yang dimiliki siswa, sehingga tepat jika dilakukan pengembangan assessment  rubrik sebagai upaya  peningkatan keterampilan proses sains siswa pada praktikum kandungan nutrisi pada makanan.
Waktu penelitian ini dimulai tanggal 16 Januari 2011 sampai dengan 16 Maret 2011.

B.     Kondisi Umum Wilayah Penelitian
SMK Islam Kesehatan Bina Cendikia berada di Jl. Diponegoro Kejaksan Kota Cirebon. SMK  ini merupakan SMK yang baru berdiri 2 tahun yang lalu.SMK   Islam Kesehatan Bina Cendikia baru memiliki 2 kelas, yaitu kelas X dan XI yang jumlahnya masing-masing satu kelas. Jumlah siswa pada kelas X adalah 30 siswa dan jumlah siswa di kelas XI adalah 23 siswa.

C.    Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest Design. Rancangan ini merupakan salah satu bagian dari rancangan penelitian yang bersifat pra-eksperimental.
Dalam rancangan ini digunakan seekelompok subjek. Pertama-tama subjek ini diberi penilaian (pretest) untuk mengetahui nilai keterampilan proses sains siswa sebelum diberikan assesmen rubrik, kemudian  assesmen rubrik diberikan kepada subjek yang akan diteliti, lalu dilakukan penilaian untuk yang kedua kalinya untuk mengetahui  nilai keterampilan proses sains siswa setelah mengetahui indikator-indikator yang akan diukur dengan menggunakan assesmen rubrik (Suryabrata, 2003: 101).
Di bawah ini disajikan bagan rancangan penelitian one group pretest-posttest Design:
                             Pretest             Treatment        Posttest          



T1                           X               T2
                                                                 
 

     
Keterangan:
T= Pretest
X  = Perlakuan
T= Posttest

D.    Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindak kelas (Classroom Action Research). Pelaksanaan PTK melalui empat tahapan yang membentuk satu siklus. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait da berkelanjutan. Adapun empat tahapan di atas, yaitu:
1.      Perencanaan (planning)
2.      Aksi atau tindakan (acting)
3.      Observasi, dan (observing)
4.      Refleksi (reflecting)

 
























Bagan 2: Prosedur Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi pendahuluan. Studi pendahuluan ini merupakan tahapan awal dalam menentukan permasalahan yang  akan diangkat dalam penelitian yaitu  mengenai evaluasi di sekolah terutama dalam evaluasi keterampilan proses sains siswa. Study pendahulan terdiri dari studi pustaka dan studi empiris. Kemudian menyusun instrument yang berupa observasi dan tes yang digunakan terlebih dahulu sebagai uji coba , kemudian dilakukan validasi instrument untuk memperoleh kelayakan instrument yang akan dipakai untuk memperoleh data penelitian. Instrument yang digunakan berupa lembar observasi dengan menggunakan rubrik serta angket untuk mengetahui respon siswa terhadap assessment rubrik.
Tahap selanjutnya melakukan kegiatan praktikum dengan menerapkan assessment rubrik yang telah diuji coba sebagai alat penilaiannya. Kemudian data yang diperoleh dari nilai pretest dan nilai posttest diuji melalui uji t untuk mengetahui peningkatan nilai keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa. Kemudian menarik kesimpulan dan menyusun laporan.

E.     Langkah-langkah Penelitian
1.      Sumber Data
a.       Data teoritik, yaitu sumber data yang berasal dari literature yang dikaji yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
b.      Data Empirik, yaitu sumber data yang berasal dari lokasi penelitian yaitu siswa kelas XI SMK Islam Bina Cendikia Kab. Cirebon
2.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi adalah subjek atau objek yang berada dalam suatu wilayah yang memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dijadikan sebagai objek dalam penelitian (Riduwan, 2006: 54)
Dalam penelitian ini, populasi diambil dari siswa kelas XI SMK Islam Kesehatan Bina Cendikia yang berjumlah 23 siswa.


b.      Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu untuk dijadikan objek penelitian (Riduwan, 2006: 57).
Untuk memperoleh sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik sampling yang berupa sampling jenuh. Sampling Jenuh adalah tekhnik pengambilan sampel dengan menggunakan semua populasi sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi kurang dari 30. Jadi, dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua siswa kelas XI SMK Islam Kesehatan Bina Cendikia yang berjumlah 23 orang.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 2 teknik pengumpulan data yaitu tes dan observasi.
a.       Tes
Tes dilakukan untuk mengukur hasil belajar kognitif yang dimiliki oleh siswa.
b.      Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian untuk mengetahui keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa. Lembar observasi  yang digunakan berupa rubrik  yang berisi indikator-indikator yang telah dikembangkan dari indikator keterampilan proses sains siswa yaitu keterampilan  merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, dan keterampilan menafsirkan.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau  gejala social (Riduwan, 2006: 87).




4.      Teknik Analisis Data
a.       Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrument. Dengan menggunakan instrument yang valid dalam pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian yang diperoleh akan valid. Rumus yang digunakan adalah rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:

Instrument dikatakan valid Jika thitung > ttabel, sedangkan jika thitung < ttabel berarti instrument tersebut tidak valid.
(Riduwan, 2006: 98)
b.      Uji Reliabilitas
Selain uji validitas, dilakukan pula uji reliabilitas untuk menguji tingkat keajegan suatu instrument. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2003: 95)
Jika rhitung > rtabel, maka instrument tersebut reliabel, sedangkan jika rhitung < rtabel berarti instrument tersebut tidak reliabel.
c.       Tingkat Kesukaran
Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran
 
Dimana :
TK  = indeks tingkat kesukaran satu butir soal tertentu
BA  = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok A
BB  =  jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok B
Dengan kriteria tingkat kesukaran sebagai berikut :
0%  -  15%       = sangat sukar, sebaiknya dibuang
16%  -  30%     = sukar
31%  -  70%     = sedang
71%  -  85%     = mudah
86%  -  100%   = sangat mudah, sebaiknya dibuang
( Karnoto, 2006:11)
d.      Daya Pembeda
Daya pembeda suatu butir soal yang didasarkan pada hasil tes suatu kelompok belum tentu berlaku pada kelompok lain Daya pembeda umumnya diberi simbol D. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
DP     = Daya pembeda
BA      = ∑ Kelompok atas yang menjawab benar
BB      = ∑ Kelompok bawah yang menjawab benar
NA     = ∑ Peserta tes (apabila ∑ peserta tes ganjil)
Dengan kriteria tingkat kesukaran sebagai berikut :
Negativ – 9%   = sangat buruk, harus dibuang
10%     – 19%  = sangat buruk, harus dibuang
20%     – 29%  = agak baik, kemungkinan perlu direvisi
30%     – 49%  = baik
50%   – ke atas= sangat baik
( Karnoto, 2006:10)
e.       Uji Normalitas
Uji normalitas data merupakan sebuah asumsi yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistic apa yang dipakai dalam penganalisan selanjutnya. Rumus yang digunakan adalah rumus kai kuadrat (chi square) sebagai berikut:
(Subana, dkk, 2005: 124)

f.       Uji Homogenitas
F =   
Dimana: S12 =  varians terbesar
                               S22 =  varians terkecil
 Dengan taraf signifikansi (α) = 0,05 dan dk masing-masing adalah (n1-1) dan (n2-1) apabila Fhitung ≤ Ftabel maka sampel variansnya homogeny (Riduwan, 2003:186).

g.      Uji t dua variabel
Uji t yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan nilai KPS siswa atau tidak setelah menggunakan assesmen rubrik adalah Independent Sample Test dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
 
Dimana     :    MD     = mean dari perbedaan pre test design dengan post test
                      Xd       = deviasi masing-masing subjek
                      = jumlah kuadrat deviasi
                      N         = Subjek pada sampel
         (Suharsimi Arikunto, 2006 :306)

h.      Uji Regresi
Uji Regresi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara nilai KPS siswa setelah menggunakan assesmen rubrik dengan nilai kognitif siswa.




5.      Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Januari
Februari
Maret
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Persiapan


x
x








2
Uji instrumen




x







3
Pembelajaran





x
x





4
Pre test







x




5
Pelaksanaan praktikum dengan penerapan assesmen rubrik








x



6
Pengumpulan data








x



7
Analisis Data









x
x
x
8
Pembuatan laporan











x
















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 2. Jakarta: esis

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Haryati, Mimin. 2007. Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: CP Press

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Pressindo

Karmana, Oman. 2007. Biologi. Bandung: Grafindo

Redjeki, Sri. 2007. Metode dan Pendekatan dalam Pembelajaran Sains. Bandung: UPI

Riduwan. 2006. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. Suraabaya: SIC

Subana, dkk. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Sukmara, Dian. 2007. Implementasi Life Skill dalam KTSP. Bandung: Mughni Sejahtera.

Sungkowo. 2008. Perangkat Penilaian. Jakarta: Depdiknas

Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suwandi, Sarwiji. 2010. Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.





LEMBAR PENILAIAN RUBRIK

Indikator Merencanakan Percobaan

Skala
Deskripsi
Skor
4
Menjelalaskan tujuan yang logis dan relevan dengan, menjelaskan hipotesis yang mengacu pada tujuan, menjelaskan alat dan bahan dengan benar, menjelaskan cara kerja dengan benar.
Sangat Baik
3
Menjelalaskan tujuan yang logis dan relevan dengan, menjelaskan alat dan bahan dengan benar, menjelaskan cara kerja dengan benar.
Baik
2
Menjelalaskan tujuan yang logis dan relevan dengan, menyebutkan alat dan bahan dengan benar, menjelaskan cara kerja dengan benar.
Sedang
1
Menjelalaskan tujuan yang logis dan relevan dengan, menyebutkan alat dan bahan dengan benar, menyebutkan cara kerja dengan benar.
Kurang
















Indikator Menggunakan alat dan bahan

Skala
Deskripsi

Keterangan

4
Dapat menggunakan alat dan bahan dengan tepat, mengerti kegunaan alat dan bahan yang digunakan, dapat membedakan fungsi dari masing-masing alat
Sangat Baik
3
Dapat menggunakan alat dan bahan, mengenal keguanaan alat dan bahan yang digunakan, mengenal fungsi dari masing-masing alat
Baik
2
Kurang bisa menggunakan alat dan bahan, mengenal sebagian keguanaan alat dan bahan yang digunakan, mengenal sebagian fungsi dari masing-masing alat
Sedang
1
Tidak dapat menggunakan alat dan bahan, tidak mengenal keguanaan alat dan bahan, tidak menganal fungsi dari masing-msing alat
Kurang
















Indikator Menafsirkan

Skala
Deskripsi

Keterangan

4
Mendapatkan data hasil pengamatan dengan tepat, adanya deskripsi, menyimpulkan hasil pengamatan dengan tepat
Sangat Baik
3
Mendapatkan data hasil pengamatan dengan tepat, adanya deskripsi, menyimpulkan hasil pengamatan
Baik
2
Data hasil pengamatan kurang lengakap, hanya sebagian yang dideskripsikan, kesimpulan kurang tepat
Sedang
1
Tidak mendapatkan data hasil pengamatan, tidak adanya deskripsi, tidak adanya kesimpulan
Kurang